Monday, March 24, 2008

KEDUDUKAN KEGIATAN DIAGNOSTIK MASALAH BELAJAR DALAM

KEDUDUKAN KEGIATAN DIAGNOSTIK MASALAH BELAJAR DALAM

PROSES BELAJAR MENGAJAR

Belajar tuntas (matery learning) sebagai kriteria keberhasilan kegiatan belajar mengajar.

Apakah yang dimaksud dengan belajar tuntas? Bagaimanakah kedudukannya dalam kegiatan belajar mengajar?

(James Block, 1971) dari universitas California, Sanata Barbara adalah seorang tokoh yang mengemukakan konsep belajar tuntas (mastery learning) yang lebih menekankan strateginya pada kegiatan individual dalam belajar. Konsep belajar tuntas yang dikemukakannya terutama menekankan kepada usaha penguasaan bahan pengajaran atau kuliah secara aktual (Bloom, 1968) dengan istilah learning for mastery dengan jalan :

- Membantu siswa yang dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar menghadapi masalah.

- Menyediakan waktu yang cukup untuk belajar kepada siswa sesuai dengan kecepatan belajar yang dimilikinya secara individual (rate of learning).

- Membatasi ruang lingkup bahan yang harus dipelajari siswa dengan tingkat kesulitan tertentu.

Secara sederhana konsep belajar tuntas mengajarkan kepada kita (Caroll, 1968) bahwa bilamana siswa diberi kesempatan menggunakan yang dibutuhkan untuk belajar, dan ia menggunakannya dengan sebaik-baiknya, maka ia akan mencapai tingkatan hasil belajar yang diharapkan. Atau dengan kata lain dapat dirumuskan bahwa setiap siswa yang mempunyai kecakapan rata-rata (normal) jika diberi waktu yang cukup untuk belajar kita yakin bahwa mereka dapat menyelesaikan tugas belajar secara tuntas sepanjang kondisi belajar yang tersedia cukup menguntungkan.

Johan B . Corall mengemukan sejumlah faktor yang mempengaruhi hasil belajar dan hubungan fungsional antara faktor-faktor tersebut.

Tingkat belajar:

1. Waktu yang tersedia 3. Kualitas pengajaran

2. Usaha individu 4. Kemampuan untuk mengerti pengaliran.

Dari susunan ini dapat dengan jelas dipahami bahwa ketentuan hasil belejar seseorang dipengaruhi oleh beberapa faktor :

- Waktu yang tersedia untuk menyelesaikan suatu bahwa bahan (scopi) yang telah ditentukan misalnya satu semester.

- Usaha yang dilakunkan oleh individu untuk menguasai bahan.

- Kualitas pengajaran atau tinkat kejelasan pengajaran misalnya strategi penjelasan yang diterimanya , pengaturan untuk pengajaran tersebut.

- Kemampuan siswa untuk mendapatkan manfaat yang optimal dari keseluruhan proses belajar mengajar yang sedang dihadapinya.

Kita sadar bawa bakat setiap individu berbeda satu yang lainnya. Kemampuan untuk menangkap pelajaran juga berlainan, tingkat usahanya pun juga berpariasi, maka faktor waktu yang dibutuhkan oleh individu yang berbeda juga akan berbeda untuk menguasai materi atau bahan yang sama. Oleh karena itu dapat kita rumuskan :



(waktu yang tersedia)


waktu yang dibutuhkan

TINGKAT PENGUASAAN BHN = x f

Agar dicapai tinkat penguasaan bahan yang sama untuk siswa yang bakat dan kemampuannya sedang, diperlukan waktu 60 menit ,sedangkan untuk siswa yang bakat dan kemampuannya sedang, barangkali diperlukan waktu yang lebih lama misalnya 90 menit.

Maksud utama dari belajar tuntas adalah usaha agar dikuasainya bahan secara tuntas. Tingkat ketentuan ini bermacam-macam dan merupakan kriteria minimum yang harus dikuasai siswa. Batas minimum penguasaan ini kadang-kadang dijadikan dasar kelulusan bagi siswa yang mempelajari bahan tersebut. Akan tetapi biasanya dipersyaratkan penguasan bahan bergerak antara 75 % s/d 90%.

Bila presentasi pada tarap tersebut. Di sini terletak pentingnya evaluasi pembinaan (Formative evaluation) agar tiap-tiap unit kecil (sebagai thap bahasan tertentu misalnya) agar tiap unit dapat dikuontrol apakah siswa menguasi bahan yang sedang dipelajari untuk kemudian diusahakan perbaikan proses belajar mengajar selajutnya bla ditemeukan kelamahan – kelemahan.

Formatif evolution : untuk dapat mengontrol pokok bahasan apakah siswa dapat menguasai bahan pelajaran yang sedang dipelajari untuk kemudian diusahakan perbaikan belajar mengajar selanjutnya bila ditemukan kelemahan-kelemahan .

Agar setiap siswa dapat mencapai hasil belajar yang diinginkan yang mencapai kriteria yang telah ditentukan sebelumnya, maka :

- Penguasaan terhadap satu unit tertentu dipersyaratkan sebelum mereka lanjutkan keunit satu satuan bahan berikutnya .Bahan ini pun disusun dari mulai yang paling sederhana menuju ke yang lebih kompleks dan mulai dari yang mudah menuju kepada yang lebih sukar .

- Pengorganisasian pengajaran menjadi satu dasar yang diatur secara logis dan sistematis .

- Penguasaan teks diagnostik kemajuan (diagnotic progress test) yang dilaksanakan sesudah siswa menyelesaikan kegiatan belajar untuk satuan unit pelajaran tertentu. Kegiatan ini berguna dalam rangka memperoleh balikan (feedback) mengenai ketetapan cara belajar siswa dan tingkat penguasaan bahan yang sudah diperoleh.

- Sesudah informasi diperoleh maka dilaksanakan kegiatan pengajaran perbaikan (learning correctives) berupa bantuan khusus kepada siswa.

Dalam mengajar dengan mengimplementasikan di tempat prosedur seperti berikut (Bloom , 1968) :

1 . Prakondisi untuk belajar tuntas. 3. Hasil belajar.

2 . Mengembangkan prosedur opersional.

Tingkat Jenis Masalah Yang Dihadapi Siswa

Bakat mempunyai pengaruh besar terhadap prestasi hasil belajar seseorang. Bakat ini berbeda pada setiap siswa yang kita kenal dengan prinsip perbedaan individual.

Kualitas pengajaran turut menentukan ketuntasan penguasaan bagi para siswa. Oleh karena itu, usaha untuk menertibkan siswa secara optimal dalam kegiatan belajar mengajar, usaha membuat pengajaran lebih konkret, lebih praktis, mempergunakan berbagai cara penguatan (reinforcement) akan banyak membantu tingkat penguasaan bahan oleh para siswa.

Faktor lain yang mempengaruhi keberhasilan belajar siswa adalah kesanggupan siswa untuk memahami pengajaran, ketekunan siswa, dan kesempatan yang diberikan untuk mempelajari ruang lingkup bahan yang sudah ditentukan.

Kedudukan Diagnosis Kesulitan Masalah Belajar, dalam kegiatan Belajar dan Mengajar

Ketidakberhasilan dalam proses belajar mengajar dalam mencapai ketuntasan bahan tidak dapat dikembalikan kepada hanya satu factor yang terlibat dalam proses belajar mengajar. Faktor yang dapat kita persoalkan adalah siswa yang belajar, jenis kesulitan yang dihadapi siswa dan kegiatan yang terlibat dalam proses.

Yang penting dalam kegiatan proses diagnostik masalah dalam belajar adalah menemukan letak masalah dan jenis masalah yang dihadapi siswa agar pengajaran perbaikannya (learning corrective) yang dilakukan dapat dilaksanakan secara efektif. Kegiatan diagnosis terutama harus ditujukan :

  1. Bakat siswa yang berbeda.
  2. Ketekunan dan tingkat usaha yang dilakukan siswa.
  3. Waktu yang tersedia untuk menguasai ruang lingkup tertentu sesuai dengan bakat yang bersifat individual dan usaha yang dilakukannya.
  4. Kualitas pengajaran yang tersedia
  5. Kemampuan siswa untuk memahami tugas-tugas belajar.
  6. Tingkat dari jenis kesulitan yang diderita siswa sehingga dapat ditentukan perbaikannya.

No comments: